Armor Lakukan Kekerasan Sejak 2020, Kenapa Korban KDRT Sulit Lepas dari Pelaku?

3 weeks ago 12
Rahasia Dari Master Ceng: Mainlah Mahjong Ways Dari Server Luar, Lebih Stabil Gampang Menang
Rahasia Sukses Master Oji Inilah Beberapa Pola Terbaik yang Membuat Anda Hoki Bermain Game Mahjong Ways
Starlight Princess x1000 : Kisah Sukses Master Lung yang Menang Puluhan Juta Karena Pola Terbaru
Ternyata Inilah Tujuan Bet 200 Dinaikkan Pada Game Mahjong Ways: Modal 50 Bisa Menang 6 Juta
Viral! Inilah Trik yang Sedang Ramai di Media Sosial yang Membuat Bandar Olympus Bocor: Pasti x1000!
Baru Lulus SMA Iseng Main Mahjong Ways: Anak Ini Langsung Jadi Jutawan
Detik-Detik Munculnya Scatter Hitam Di Mahjong Ways Terbaru : Apakah Kamu Pernah Merasakannya
Kabar Gembira Bagi Pecinta Mahjong Ways : Akan Ada Bonus Tambahan Untuk 100 Orang Pertama Login
Pesona Game Mahjong Ways di Tahun 2024 Dengan Desain Yang Menakjubkan

Jakarta -

Armor Toreador, suami dan pelaku KDRT terhadap istrinya Cut Intan Nabila, mengaku sudah melakukan tindakan kekerasan berulang kali. Kepada pihak kepolisian, Armor mengatakan sudah melakukan KDRT sejak 2020.

Dalam unggahan Intan Nabila yang viral, dirinya mengatakan sudah menjadi korban kekerasan berulang namun memaafkan suami sebelum akhirnya melaporkan kasus yang dia alami ke pihak berwajib.

Terlepas dari kasus tersebut, korban KDRT kerap sulit lepas dari pelaku dan memiliki kecenderungan tetap mempertahankan pernikahannya. Alasannya beragam, mulai dari kelekatan sampai sisi materi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Psikolog klinis Anastasia mengatakan ada banyak faktor yang membuat korban kekerasan, dalam hal ini KDRT, terpaksa harus mempertahankan hubungannya. Alasan itu membuat korban merasa tidak cukup 'percaya diri' untuk bisa berdiri sendiri baik secara finansial maupun emosional sehingga membuat mereka sulit lepas dari pelaku.

"Bisa juga karena faktor sosial, karena enggan dipandang gagal atau tidak berhasil dalam hubungan, merasa malu apabila menjadi bahan perbincangan sosial, itu juga ada," ujar Sari ketika dihubungi oleh detikcom, Rabu (14/8/2024).

Selain itu, Sari juga menyoroti faktor dari sisi pelaku yang membuat korban menjadi susah 'lepas'. Menurutnya tak jarang pelaku KDRT juga memiliki sifat manipulatif pada korban.

Kondisi ini dapat membuat korban menjadi kebingungan untuk mengambil keputusan karena pelaku lihai dalam menggambarkan situasi yang terjadi seolah-olah merupakan salah dari korban. Korban akhirnya menjadi takut dan malu untuk mengambil keputusan.

"Padahal dia seharusnya nggak perlu malu. Ini sering kali saat ketemu orang yang 'toksik' dia manipulasinya hebat, justru korban yang merasa salah dan tidak mau berpisah. Dia tidak ingin orang-orang membicarakan, 'Dia salah, dia kurang', itu bisa menjadi faktor," tandasnya.


(avk/kna)

Read Entire Article