KEPALA Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie mengungkapkan, faktor ekonomi dan penyakit menahun menjadi pemicu dominan kasus bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul. Korban yang melakukan aksi tersebut mayoritas berusia di atas 50 tahun.
Ia menyebut, sepanjang tahun ini, di DIY tercatat 52 kasus bunuh diri di Gunungkidul, Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta. Kasus paling banyak terjadi di Kabupaten Gunungkidul.
Di Kabupaten Sleman, pemicu bunuh diri lebih banyak, dari masalah ekonomi, konflik keluarga, penyakit kronis, pinjaman online (pinjol), hingga kepribadian introvert. Kasus di Sleman, korbannya juga ada anak muda, dengan rentang usia 20 hingga 60 tahun.
Baca juga : Catat, Ini Dia 7 Tanda-Tanda Seseorang Mengalami Gangguan Mental
Pihaknya sudah melakukan langkah-langkah preventif agar kasus bunuh diri tidak berulang, salah satunya melalui pelatihan kader kesehatan jiwa. Mereka akan bertugas untuk mendampingi pasien gangguan jiwa, terutama yang baru pulang dari rumah sakit.
Ia mengatakan, dalam proses pemulihan, pasien sangat membutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu, stigma negatif yang menolak atau mengucilkan individu dengan gangguan jiwa harus dihilangkan.
"Pasien gangguan jiwa harus dapat merasa lebih diterima dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan," papar dia.
Ia menegaskan, skrining kesehatan jiwa juga rutin dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk kampus dan fasilitas kesehatan. Dengan mendeteksi secara dini gangguan kesehatan mental, tenaga kesehatan bisa melakukan penanganan secara lebih tepat sebelum terjadi masalah yang lebih serius.
"Skrining kesehatan jiwa juga untuk orang yang ingin menjaga kesehatan mentalnya," papar dia. Tim Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) sudah dibentuk untuk menangani kesehatan jiwa secara lebih komprehensif. (H-2)