Liputan6.com, Jakarta Kejutan besar datang dari Bundesliga. Bayer Leverkusen resmi memecat Erik ten Hag hanya dua bulan setelah ia mulai bekerja sebagai pelatih utama. Keputusan ini diumumkan tepat pada 1 September 2025, padahal kontraknya baru saja aktif sejak 1 Juli 2025.
Ten Hag awalnya diproyeksikan menjadi sosok yang mampu melanjutkan kisah sukses Xabi Alonso. Mantan pelatih Ajax Amsterdam itu diharapkan menjaga konsistensi Leverkusen di papan atas, bahkan mengulang prestasi gemilang ketika klub menjuarai Bundesliga 2023/2024. Namun, rencana besar itu justru berakhir jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Kabar pemecatan ini pertama kali disampaikan oleh jurnalis kenamaan, Fabrizio Romano. Lewat akun X miliknya, Romano memastikan bahwa keputusan tersebut sudah final dan manajemen Leverkusen telah menyampaikan langsung kepada Ten Hag.
"Erik ten Hag baru saja dipecat oleh Bayer Leverkusen. Keputusan telah dibuat oleh petinggi klub pagi ini dan manajer telah diberitahu saat ini juga," ucap Romano.
Hasil Minim Jadi Alasan
Meski hanya memimpin tiga pertandingan, catatan Erik ten Hag jauh dari ekspektasi. Leverkusen memang mengawali debutnya dengan kemenangan telak 4-0 atas Sonnenhof Grosaspach di ajang DFB Pokal. Namun, performa mereka langsung menurun ketika memasuki Bundesliga.
Pada pekan perdana, Leverkusen menelan kekalahan 1-2 dari Hoffenheim. Situasi makin runyam setelah pertandingan ketiga, ketika mereka gagal meraih kemenangan dan hanya bermain imbang 3-3 melawan Werder Bremen. Hasil tersebut menambah tekanan bagi Ten Hag yang sejak awal sudah diragukan oleh sebagian pihak.
Ruang Ganti Tidak Lagi Solid
Laporan media Jerman menyebutkan bahwa keraguan terhadap Ten Hag mulai mencuat bahkan sebelum pekan kedua Bundesliga digelar. Sejumlah pihak internal klub dikabarkan pesimistis dengan pendekatan taktik yang ia terapkan, sehingga suasana di markas tim mulai memanas.
Tekanan semakin berat setelah muncul isu bahwa ruang ganti Leverkusen sudah tidak sepenuhnya berada di belakang sang pelatih. Situasi inilah yang diyakini membuat manajemen bergerak cepat untuk mengambil keputusan drastis, mengakhiri kerja sama hanya dalam waktu singkat.