Bali Utara yang Indah Itu Seharusnya Lebih Mudah Diakses

Jakarta -

Bali utara menawarkan keindahan yang tak kalah dari selatan, namun aksesibilitas menjadi kendala. Pemerintah berupaya mempercepat akses menuju Buleleng.

Salah satu faktor yang menyebabkan tidak meratanya wisatawan ini adalah akses menuju lokasi. Wilayah Bali selatan, mulai dari Seminyak, Kuta, Legian, Jimbaran, Benoa, Nusa Dua, Uluwatu, hingga Pecatu bisa ditempuh tak sampai satu jam dari gerbang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Fasilitas juga lebih komplet. Banyak pilihan beach club, hotel, kafe, dll.

Padahal, wisata Bali tak hanya di Bali Selatan lho. Wilayah Bali utara tak kalah menarik dan mempesona. Sebut saja Pantai Lovina dengan konservasi lumba-lumbanya, Handara Gate dengan gerbang eksotisnya, Desa Pemuteran dengan konservasi penyu dan karangnya, dan masih banyak lagi.

Tetapi, jarak tempuh ke Bali Utara cukup jauh dibanding Bali selatan yang dekat dengan bandara. Hal inilah yang menjadi kendala wisata Bali utara.

Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengakui daerahnya membutuhkan aksesibilitas yang memudahkan wisatawan datang.

"Salah satu yang menjadi sumber untuk ke Buleleng adalah aksesibilitas, di samping jarak tempuh yang jauh dan infrastruktur yang belum lancar. Hal ini mempengaruhi, apalagi kunjungan mereka singkat. Tentu mereka akan memilih tempat yang dekat dengan bandara, yaitu Bali Selatan," kata Suyasa dalam kegiatan Press Tour Bali Utara bersama Kemenparekraf di Kantor Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, Sabtu (10/8).

Suyasa juga berharap pemerintah memperhatikan permasalahan ini. Pariwisata Buleleng, yang merupakan provinsi terbesar di Bali butuh akses yang memudahkan wisatawan.

"Ini yang mungkin perlu diperhatikan oleh pemerintah pusat dan juga provinsi sehingga aksesibilitas ke daerah Buleleng bisa lebih lancar, bisa lebih lebih cepat," kata dia.

"Kalau sudah kunjungan wisatawannya banyak, saya yakin penataan di Buleleng ini akan jauh lebih masif karena selama ini kita sudah berusaha menjaga pantai, menjaga hutan, menjaga lingkungan, hutan bahkan desa kita juga masuk tingkat nasional (ADWI). Tapi kalau misalnya kunjungannya tetap rendah, maka tentu biaya pendapatan warga untuk biaya operasional juga terkendala," dia menambahkan.

Senada, hal yang sama juga diungkapkan oleh Gede Dody Sukma Aktiva Askara, kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng. Sejumlah langkah pun telah dilakukan Kabupaten Buleleng untuk mempercepat rute menuju wisata Bali Utara.

"Tentu kita harapkan ada aksesibilitas yang lebih cepat. Sekarang kan sedang dibangun apa namanya tol yang sedang dalam proses Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, nanti ini bisa mempercepat," kata Dody.

"Kemudian untuk mempercepat aksesibilitas kita di Bali Utara juga dari sisi angkutan darat itu sudah dibangun jalan pintas dari Bedugul menuju kota Singaraja dalam kawasan Lovina. Jadi jalan yang berkelok itu sudah di pangkas-pangkas kelokannya, tikungan itu beberapa dipangkas dari 16 tikungan menjadi 5 tikungan dengan derajat yang landai. Nah ini akan terus sampai dengan ke bawah dibangun, mudah-mudahan berkelanjutan sehingga sampai Kota Singaraja penumpang tidak mabuk," ujar Dody.

Andai rencana pemerintah dijalankan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memastikan proyek Tol Gilimanuk-Mengwi akan dilanjutkan pada September 2024.

"Sekarang ini proses lelang, kemudian nanti mudah-mudahan September nanti bisa ditandatangani BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol). Kalau BPJT sudah tanda tangan, jalan (proyeknya)," ujar Basuki pada Mei lalu.

(sym/fem)