Jakarta -
Pasar Loak Jatinegara, Jakarta Timur, menjajakan banyak barang-barang bekas unik yang masih layak pakai bak 'harta karun'. Misalkan saja tustel alias kamera film lama hingga mesin EDC (Electronic Data Capture). Dari mana asal barang-barang ini?
Salah seorang penjual barang bekas di pasar itu mengatakan barang-barang yang dijualnya berasal dari para pemulung barang bekas. Karenanya, barang yang ia jajakan sangatlah beragam mulai dari sepatu, tas, stik PS2, earphone dan headset, kipas portable, blender, mainan remot kontrol, buku bekas, dan masih banyak lagi.
"Biasanya ada yang suka keliling datang nawar mau jual apa saja, setiap hari suka ada yang datang keliling. (Itu siapa maksudnya?) ya pemulung. (Kalau orang biasa yang datang nawarin barang bekas?) ada juga," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut harga barang bekas yang dibelinya berdasarkan tawar menawar. Proses penjualan dari pemilik lapak ke pembeli juga berlaku demikian, melalui proses tawar menawar tanpa ada harga pasti.
Karena hal ini jugalah, untuk barang elektronik khususnya, bisa jadi ada yang sudah tak berfungsi sama sekali alias rusak. Namun sang pemilik lapak juga tidak bisa memastikan karena mereka jarang memeriksa kelayakan barang yang mereka jajakan.
"(Ini elektronik kaya blender, stik PS masih nyala?) ya random aja, ada yang bisa nyala ada yang nggak," ucapnya.
Kepada detikcom ia menawarkan earphone bluetooth yang masih berfungsi dengan harga Rp 30.000 dan tidak bisa ditawar karena masih berfungsi. Sedangkan untuk headset lain yang digantung menumpuk ia bandrol dengan harga berbeda.
Saat mencoba menunjuk salah satu headset yang terlihat 'layak' tanpa cacat seperti kabel yang tidak terlihat putus atau bantalan busa di telinga yang masih lengkap tanpa sobekan, ia menembak harga Rp 50.000. Saat ditanya apakah masih bisa digunakan, ia mengaku tidak tahu. Ada juga earphone kabel yang mau ditawar dengan harga Rp 5.000.
"Kalau yang mau nyala ada nih (katanya sembari menunjukkan earphone bluetooth). Coba saja, kalau yang ini bisa nyala. (Berapa?) Rp 30.000. (Bisa kurang nggak?) nggak, Rp 30.000, itu masih nyala," tambah sang penjual.
Kondisi serupa juga ditemui di lapak barang bekas 'serba ada' lainnya. Ia mengaku banyak mendapat barang dari pemungut barang bekas yang sering datang untuk menawarkan barang.
Sehingga di lapaknya terdapat berbagai jenis barang bekas mulai dari kamera lawas atau tustel, remot tv, gelang-kalung, jam tangan, tas, sepatu, hingga walkie talkie dan rokok elektronik. Tentu barang-barang ini juga tidak terjamin apakah masih bisa digunakan atau tidak.
Di lapak itu, detikcom mencoba untuk bertanya tentang kamera kodak atau film dari berbagai merek yang dijajakannya. Tidak main-main murahnya, kamera yang banyak digunakan zaman dulu (jadul) ini dibandrol mulai dari Rp 15.000.
"Itu kamera Rp 15.000 aja. (Masih bisa dipakai?) nggak tahu kalau itu, kalau ada batu (baterai) bisa coba sendiri. Saya nggak punya batu soalnya," kata salah satu pedagang.
"Saya nggak periksa. Barangnya sudah gini aja pas saya beli, nggak pernah dibongkar. (Beli di mana?) ya ada di pemulung-pemulung. Coba aja, kalau nggak bisa kan siapa tahu bisa dibenerin (diperbaiki) di tempat lain," jelasnya lagi.
Artinya kualitas barang yang bisa didapat dari pasar ini berdasarkan kejelian dan keberuntungan masing-masing. Semakin jeli mengenali produk yang masih bermanfaat, semakin berguna juga barang yang dibeli.
Selain itu karena sistem pembelian juga berdasarkan tawar menawar hingga mencapai kesepakatan bersama. Jadi semakin pembeli pintar dalam menawar, harga barang akan semakin murah.
(fdl/fdl)