Jakarta -
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan indesk harga konsumen dari 106,09 pada Juli menjadi 106,06 pada Agustus 2024, atau deflasi nasional sebesar 0,03% secara bulanan.
"Deflasi Agustus 2024 ini lebih rendah dibandingkan Juli 2024 dan merupakan deflasi ke-4 pada 2024," ungkap Pudji, di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2024).
Pudji menambahkan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,52% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,15%. Sementara itu terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi di antaranya adalah bensin dan cabai rawit dengan andil inflasi masing-masing 0,03%, kemudian kopi bubuk dan emas perhiasan dengan andil inflasi masing-masing 0,02%, kemudian beras dan sigaret kretek mesin dan ketimun memberikan andil inflasi masing-masing 0,01%.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Catatan lainnya adalah kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi sebesar 0,04% atau mengalami inflasi sebesar 0,65%. Biaya SD, biaya perguruan tinggi, biaya SMP memberikan andil inflasi masing-masing 0,01%," ungkapnya.
Pudji menambahkan lagi, deflasi pada Agustus 2024 sebesar 0,03% ini didorong oleh deflasi komponen harga bergejolak. Komponen harga bergejolak mengalami deflasi 1,24%. Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,20%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada komponen harga bergejolak ini adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat dan telur ayam ras.
Selanjutnya komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,20%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,13%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk Komponen ini adalah kopi bubuk, emas perhiasan, biaya SD, biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi dan biaya SMP.
Berikutnya komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 0,23% dengan andil inflasi sebesar 0,04%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk Komponen ini adalah bensin dan sigaret kretek mesin.
"Sebanyak 26 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi. Sedangkan 12 lainnya mengalami inflasi. Deflasi terdalam sebesar 0,39% terjadi di Kalimantan Tengah, sementara itu inflasi tertinggi terjadi di Papua Barat yaitu sebesar 0, 31%," tutup Pudji.
(aid/rrd)