Jakarta -
Direktur Utama Lembaga Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI/Indonesian AID) Tormarbulang Lumbantobing mengatakan pentingnya peningkatan kolaborasi antara Indonesia dengan Afrika. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan
Apalagi saat ini, kolaborasi tersebut sangat penting dilakukan karena situasi global sedang mengalami tantangan yang cukup serius. Menurutnya, ada sejumlah tantangan global yang begitu kompleks seperti pandemi, keamanan, hingga perubahan iklim yang tidak mengenal batas negara serta dampaknya begitu luar biasa. Oleh karena itu, peningkatan kolaborasi lintas batas perlu dilakukan agar bisa mengatasi tantangan tersebut.
"Model kerja sama tradisional Utara-Selatan perlu ditransformasi menjadi kemitraan yang lebih setara, di mana negara-negara selatan memiliki peran lebih besar dalam menentukan kebutuhan mereka dan memperkuat kapasitas lokal. Sebagai penggagas Kerja Sama Selatan-Selatan, Indonesia terus memainkan peran strategis dalam memperkuat kerja sama ini melalui berbagai inisiatif, di antaranya pembentukan Indonesian AID dan program andalan KSST," kata Tormarbulang dalam keterangan tertulis, Selasa (3/9/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia, melalui Indonesian AID, telah menjalin kerja sama dengan berbagai negara, termasuk negara-negara Afrika, dalam berbagai sektor penting seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan penguatan tata kelola pemerintahan yang baik guna mendukung pembangunan berkelanjutan," sambungnya.
Dia menjelaskan salah satu program unggulan Indonesian AID yang dimulai tahun ini adalah The Indonesian AID Scholarship (TIAS). Program tersebut bertujuan untuk memperkuat engagement hubungan antar negara, menciptakan pemimpin masa depan bidang public, mendorong pemahaman sosial budaya antar negara, dan kualitas perguruan tinggi Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan olehnya saat seminar sesi pertama Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) bertajuk 'South-South Cooperation for Prosperity and Sustainable Development by 2030' di Bali, Minggu (1/9/2024). Turut hadir dalam kesempatan tersebut anggota DPR RI Puteri Komarudin, Direktur Kerjasama Pembangunan Internasional dari Kementerian Luar Negeri Indonesia Rina Setyawati, dan anggota Parlemen Zimbabwe Webster Shamu.
"Program ini melibatkan 11 universitas negeri di Indonesia dan menawarkan berbagai program studi, termasuk teknologi pertanian, keperawatan, akuntansi sektor publik, dan teknik. TIAS telah telah menerima peserta dari 13 negara, termasuk dari negara-negara di Afrika, serta memfasilitasi pertukaran budaya dan memperkuat koneksi global di antara generasi muda," jelasnya.
Dia berharap lewat forum tersebut dapat menghasilkan rekomendasi penting bagi Indonesia dan Afrika dalam menghadapi tantangan global.
"Forum ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi penting yang mampu mendorong kolaborasi yang lebih erat di antara Indonesia dan Afrika. Dengan tema 'Forging Indonesia-Africa Parliamentary Partnership for Development' IAPF menekankan pentingnya kerjasama lintas batas yang lebih terstruktur dan terorganisir untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif," jelasnya.
Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan forum tersebut merupakan wujud dari semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 yang masih relevan dalam menghadapi tantangan global.
"Bahwa nilai-nilai yang diusung KAA, seperti perdamaian dunia, anti-kolonialisme, dan Unity in Diversity, sangat penting untuk mengatasi berbagai isu global seperti tensi geopolitik, perang, krisis energi, pangan, dan perubahan iklim," tutup Puan.
Sebagai informasi, Forum Internasional IAPF diselenggarakan oleh DPR RI di Nusa Dua, Bali, 1 sampai 2 September 2024. Forum ini dihadiri oleh delegasi dari 21 parlemen Afrika serta sejumlah perwakilan dari kedutaan negara-negara Afrika di Jakarta dan berbagai organisasi internasional.
(akn/ega)