Lumba-lumba Teluk Kiluan yang Bikin Penasaran

Lampung -

Teluk Kiluan di Lampung adalah rumah bagi spesies lumba-lumba yang menggemaskan. Keberadaan makhluk ini memang bikin penasaran.

Pagi yang cerah. Kami berlima memakai rompi pelampung warna biru. "Pasti ketemu lumba-lumba, Bu?"

Aku bertanya pada pemilik penginapan sekaligus yang mencarikan perahu. "Mudah-mudahan," jawab si ibu.

Sontak aku merasa kurang yakin dengan kata 'mudah-mudahan'. Perjalanan dua jam dari Bandar Lampung rasanya akan sia-sia kalau tidak melihat lumba-lumba.

"Ada yang gagal bertemu lumba-lumba?" Aku memastikan. Ibu itu mengangguk, lantas tersenyum. "Tapi hanya sedikit, lebih banyak yang bertemu,"

Aku ikut mengangguk, peluangku ternyata besar. "Namanya mencari lumba-lumba di tengah lautan, Pak. Tidak ada yang bisa memastikan." Aku mengangguk lagi.

Ibu ini mengatakan hal sebenarnya, mengingatkanku pada ranger di pulau Komodo. "Bagaimana di tengah laut nanti?" Rasa khawatir hinggap saat melihat dua perahu nelayan berukuran kecil yang akan membawa kami.

"Anggap saja berada di kolam besar. Pak. Aman. Nelayan yang mengemudi perahu berpengalaman." Aku mengangguk untuk ketiga kalinya dengan pikiran bertanya-tanya maksud frase 'kolam besar'.

Nelayan pengemudi ikut mengangguk, meminta kami menaiki perahu. Mesin motor dinyalakan. Dua perahu segera membelah ombak, melaju ke tengah laut.

Ini perahu ukuran kecil yang kayu penyeimbangnya bergerak naik turun. Jarak dari tempat duduk dengan permukaan laut sangat dekat.

Riak air bahkan sampai menciprat ke dalam perahu. Cukup menegangkan mengingat ini pengalaman pertama kalinya.

Perahu melaju. Pantai Teluk Kiluan makin lama makin terlihat kecil. Mesin perahu terus menggeram, makin jauh ke tengah laut. Garis pantai makin samar.

Aku menghela nafas, ketenanganku terusik ketika melihat riak permukaan laut. Tampak menakutkan. Terlebih rombongan berlima kami terpisah, perahu nelayan satunya mengambil jalur berbeda.

Sekarang aku paham tentang 'kolam besar' tadi. Maksudnya agar aku tenang-tenang saja, menikmati suasana, merasakan serunya perjalanan mencari lumba-lumba. Lautan luas ini anggap saja kolam besar.

"Masih jauh, Pak." Aku setengah teriak pada nelayan yang mengemudi perahu. Nelayan itu mengiyakan sambil terus memandu laju perahu. Sekarang ia berdiri, memandang ke segala arah. Sepertinya ia meneropong keberadaan lumba-lumba.

Anggap saja kolam besar, batinku sambil mencoba menciduk air di permukaan laut. Tidak perlu ada kerisauan. Apalagi, hei, perahu satunya terlihat, mendekat.

Dua nelayan saling melambai, saling berteriak. Dua perahu bersama-sama melaju, mengunjungi satu titik ke titik lain. Sesekali berpapasan dengan perahu lain lagi.

"Belum ada lumba-lumbanya, Pak?" Aku khawatir termasuk kelompok yang gagal menemukan lumba-lumba.

"Kita cari lagi." Nelayan kami menunjukkan usaha sungguh-sungguhnya.

Dua perahu kembali mengunjungi titik-titik lain di tengah laut. Hingga matahari kian tinggi, sengatannya mulai terasa di kulit.

Gagal? Dua nelayan saling lempar kode yang terdengar tidak menggembirakan. Aku menghela nafas lagi, bukan atas permukaan air laut, namun pada kegagalan menemukan lumba-lumba.

Aku mencoba menghibur diri, setidaknya berperahu di atas kolam besar Teluk Kiluan ini sudah jadi pengalaman seru. Perahu memutar haluan, menuju pantai. Kembali.

"Hoiiii!" Nelayan di perahu satunya tiba-tiba teriak. "Hoiii!" Balas nelayan di perahu kami. Nadanya gembira.

Tanpa dijelaskan aku paham, kalau ada titik terang di mana lumba-lumba berada. Perahu kembali berbalik, melaju cepat. Benar, tidak lama kami menemukan apa yang dicari.

Lumba-lumba Teluk Kiluan terlihat berenang, berkali-kali melompati permukaan laut. Aku ikut berdiri di atas perahu, bertepuk tangan.

Anak-anakku yang duduk di depan tak kalah antusias. Istri dan anak sulungku melambaikan tangan dari perahu satunya.

Menakjubkan melihat lumba-lumba di habitatnya. Seperti tanpa penghalang, bagai mau terjun dari perahu ikut berenang bersisian dengan ciptaan Tuhan yang menggemaskan ini.

Sangat antusias. Perasaan yang sama ketika detikTravel membuka peluang untuk bersama-sama mengunjungi Kabupaten Sumenep.

Terbayang berada di Gili Iyang, bertemu penduduk Banraas dan Bancamara, bertanya tentang Titik Oksigen.

Jangan-jangan mereka akan berkata, "Anggap saja dalam tabung oksigen raksasa."

------

Yuk ikut menjelajah keindahan Sumenep dengan mengirim cerita perjalanan kamu. Klik di sini.