Lhasa (ANTARA) - Serangkaian acara untuk merayakan Festival Shoton atau Festival Yoghurt tradisional dimulai di Lhasa, ibu kota Daerah Otonom Xizang, China barat daya, pada Sabtu (23/8).
Pada sekitar pukul 07.00 waktu setempat, hampir 100 biksu dari Biara Drepung di Lhasa bersama-sama menggotong sebuah gulungan lukisan Thangka berukuran raksasa yang menggambarkan Buddha, kemudian membentangkannya di sebuah platform di lereng bukit, menandai dimulainya festival yang akan berlangsung selama tiga hari tersebut.
"Shoton berarti jamuan yoghurt," ujar Sogqu, seorang warga setempat yang setiap tahun menghadiri acara tersebut bersama keluarganya.
"Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun. Ini merupakan hari raya yang dinikmati oleh seluruh keluarga," imbuhnya.

Losang Chozin, seorang warga dari sebuah desa di Lhasa, menampilkan opera Tibet dalam festival tersebut untuk kedua kalinya.
"Saya merasa sangat bangga dapat tampil di festival yang begitu penting ini. Opera Tibet adalah harta karun bangsa kami, dan saya berharap dapat berbagi budaya ini dengan lebih banyak orang melalui penampilan saya," ungkap wanita itu.
Festival Shoton juga menarik wisatawan mancanegara. Anna, seorang wisatawan dari Italia yang hanya menyebutkan nama depannya, tiba di Biara Drepung bersama teman-temannya sejak pukul 05.00 waktu setempat.
"Saat lukisan Thangka berukuran raksasa itu dibentangkan, saya sangat terkesan. Pertunjukan opera lokal juga membuat saya benar-benar merasakan pesona dan kehangatan budaya rakyat Tibet," tuturnya.

Berawal dari pertengahan abad ke-11, Festival Shoton termasuk salah satu yang pertama kali dimasukkan ke dalam daftar warisan budaya takbenda nasional China pada 2006. Dalam festival itu, para peserta menikmati yoghurt, berpiknik, dan menghadiri berbagai kegiatan tradisional, seperti opera Tibet dan pacuan kuda.
Selain program-program tradisionalnya, festival tahun ini juga menyuguhkan beragam kegiatan baru seperti promosi pariwisata budaya, pameran warisan budaya takbenda, dan berbagai pertandingan olahraga.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.