Menikmati Keindahan Pulau Lengkuas Belitung dari Atas Mercusuar

Jakarta -

Pengalaman menikmati Pulau Lengkuas di Belitung dari Puncak Mercusuar. Dari ketinggian, keindahannya semakin menawan.

Di puncak menara, nafasku terengah dan karbondioksida membuat paru-paruku sesak, setelah meniti anak-anak tangga yang meliuk dari bawah hingga lantai delapan belas. Namun, perjuanganku terbayar lunas saat pemandangan elok terhampar di depan mata.

Jika saja novel dan film Laskar Pelangi tidak pernah dibuat, aku tak akan pernah menjejakkan kaki di Belitung. Andrea Hirata telah menyihirku begitu kuat, sehingga aku akhirnya ada di pulau eksotis ini.

Kemarin aku tiba di pulau ini, seorang diri. Belitung bukanlah pulau yang ramai, bahkan ketika aku berada di Tanjung Pandan, kota terbesar di pulau ini. Namun, ketenangan seperti ini yang justru aku suka.

Hari pertama aku lewati dengan berkunjung ke sisi bagian timur. Aku berkunjung ke SD Muhammadiyah Gantong dan mencicipi secangkir kopi di Manggar. Pada hari kedua, aku mengeksplorasi sisi barat. Pulau Lengkuas menjadi tujuan utama.

Jam 6 pagi aku berangkat dari Tanjung Pandan. Perjalanan ke pantai Tanjung Kelayang, titik penyeberangan menuju Pulau Lengkuas, sebenarnya perlu waktu sejam saja. Jadwal penyeberangan biasanya dimulai jam 9 pagi. Namun, aku sengaja berangkat lebih awal karena ingin singgah sebentar ke Tanjung Binga dan melihat kegiatan nelayan yang pulang melaut.

Jam 6.30 aku tiba di Tanjung Binga. Kegiatan jual beli hasil laut terlihat di beberapa titik di tepi jalan. Mobil-mobil pick-up pun siap mengangkut ikan tangkapan nelayan. Sepeda motor diparkir di tepi jalan. Aku lantas berjalan ke panggung-panggung kayu yang berjajar di pantai.

Dua wanita dewasa terlihat sedang membersihkan ikan, sementara seorang ibu yang lain bertugas menjemur ikan yang sudah bersih.

"Perlu dua-tiga hari sampai ikan kering, untuk siap dijual," kata si ibu kepadaku.

Usai melihat penjemuran ikan, aku kembali ke tempat sepeda motor yang diparkir. Ada seorang wanita yang berjualan makanan. Aku membeli tiga bungkus ketan dan dua potong ikan asin goreng sebagai lauk. Di dekatku ada seorang bapak yang juga sedang menikmati menu yang sama. Kami pun terlibat obrolan ringan.

Tidak sulit untuk memulai perbincangan dengan warga setempat. Seperti kebanyakan masyarakat Indonesia, warga desa ini juga ramah kepada orang yang baru ditemui. Usai sarapan, aku berpamitan kepada bapak tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Kelayang.

Jam 7.30 WIB aku tiba di Tanjung Kelayang yang juga salah satu tempat wisata di Belitung. Pantainya bersih dengan air laut berwarna kebiruan yang memanjakan mata. Aku berjalan-jalan sejenak untuk menikmati suasana pagi yang tenteram. Aku kemudian menuju ke arah perahu untuk menanyakan harga sewa menuju Pulau Lengkuas. Harganya bervariasi, tergantung ukuran perahu.

Harga untuk perahu ukuran terkecil masih sangat mahal bagiku jika aku menyewanya untuk seorang diri. Tetapi aku tak kehabisan akal, bagaimanapun, aku harus bisa ke Lengkuas. Setelah aku bernegosiasi dengan pemilik perahu, ia akhirnya bersedia membawaku di rombongan penumpang lain. Jam 9 lewat, perahu bertolak dari Tanjung Kelayang. Waktu tempuh ke Pulau Lengkuas sekitar 30-40 menit jika tidak singgah ke pulau lain.

Dalam perjalanan, terlihat gugusan batu granit berukuran besar yang muncul ke atas permukaan air laut. Warna batu yang keputihan terlihat menarik saat berpadu dengan air laur yang berwarna toska. Mendarat di Lengkuas, terlihat banyak pengunjung lain tengah bermain di pantai. Namun, aku memilih untuk segera masuk ke area mercu suar.

Untuk naik ke menara, aku wajib melepas alas kaki dan mencuci kaki. Dari pintu masuk menara, ada tangga besi yang akan membawaku ke lantai berikutnya. Tangga-tangga besi inilah yang menghubungkan tiap lantai, dari lantai 1 sampai lantai 18. Sampai lantai 17, menara suar dikelilingi oleh dinding baja. Sedangkan lantai 18 dikelilingi oleh dinding kaca.

Dari lantai paling atas ini, aku bisa melihat pemandangan 360 derajat ke luar ruangan. Aku kemudian keluar menuju balkon di luar dinding kaca. Penat yang kurasa setelah meniti tangga menara, berganti dengan decak kagum saat kulihat pemandangan spektakuler. Dari puncak menara ini kusaksikan keindahan seluruh penjuru Pulau Lengkuas. Langit biru, air laut toska, batu-batu granit yang berserakan, pasir putih, dan perahu-perahu yang merapat di pantai. Seperti di surga rasanya!

Puas mengamati pemandangan dari atas menara, aku kembali turun. Melangkahkan kaki menuju gugusan batu di salah satu sisi pulau, yang juga tak kalah menariknya untuk dinikmati. Menjelang tengah hari, perahu bertolak beberapa ratus meter dari pantai. Dengan snorkeling, kunikmati keindahan bawah air. Sayangnya, aku tak bisa berlama-lama karena panas matahari yang mulai menyengat kulit. Kegiatan snorkeling ini akhirnya menjadi penutup kunjunganku ke Lengkuas.

Perahu pun bertolak kembali ke Tanjung Kelayang. Pulau Lengkuas hanyalah satu di antara banyak pulau indah di negeri ini. Masih banyak pulau lain dengan segala daya tariknya, yang menunggu untuk berkunjung. Salah satunya Gili Iyang, pulau yang berada di wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Gili Iyang dikenal karena memiliki kadar oksigen terbaik di Indonesia. Tak heran, banyak penduduk pulau ini yang berumur panjang.

Jika nanti aku berkunjung ke Gili Iyang, aku akan datang ke Pantai Ropet dengan pantai pasir putihnya yang indah. Juga, ke Gua Mahakarya yang konon punya stalagmit yang bisa berkerlap-kerlip seperti bintang. Tak boleh ketinggian, aku tentu berkunjung ke Desa Bancamara. Di desa ini ada tempat yang disebut Titik Oksigen, di mana aku berpuas-puas menikmati kesegaran udara. Berinteraksi dengan warga setempat juga menjadi hal yang tak boleh kulewatkan. Menikmati secangkir kopi akan menjadi penyempurna perbincanganku dengan warga yang ramah.

Yuk ikut menjelajah keindahan Sumenep dengan mengirim cerita perjalanan kamu. Klik di sini