Liputan6.com, Jakarta Eropa tengah mengalami kenaikan penyakit dengan vektor nyamuk seperti chikungunya hingga demam berdarah. Apa penyebabnya?
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa ( European Centre for Disease Prevention and Control/ECDC) melaporkan adanya kenaikan kasus virus West Nile (WNV) dan chikungunya, yang keduanya sama-sama ditularkan oleh nyamuk.
Meluasnya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk membuat ECDC menyebut kondisi ini sebagai normal baru.
Bekembangnya nyamuk di negara tersebut didukung oleh naiknya suhu, musim panas yang lebih panjang, serta musim dingin yang lebih hangat. Kondisi suhu seperti ini yang membuat nyamuk nyaman untuk berkembang biak.
Sebut saja nyamuk pembawa penyakit chikungunya yakni Aedes albopictus. Chikungunya kini telah tersebar ke 16 negara dan juga 369 wilayah Eropa. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan dibandingkan satu dekade lalu, dimana nyamuk penyebab chikungunya hanya tersebar di 114 wilayah.
ECDC menggambarkan penyebaran nyamuk penbawa virus di Eropa di masa kini “lebih panjang dan lebih intensif."
“Eropa sedang memasuki fase baru—di mana penularan penyakit yang ditularkan nyamuk berlangsung lebih lama, lebih luas, dan lebih intens, menjadi normal baru,” kata Direktur ECDC, dokter Pamela Rendi-Wagner seperti mengutip The Sun.
Prancis hingga Spanyol Laporkan Kasus Chikungunya
ECDC mencatat beberapa negara di Eropa yang melaporkan lebih sering kasus chikungunya dan West Nile virus adalah Prancis, Yunani, Italia, dan Spanyol. Itu adalah negara-negara dengan tingkat pelancong yang tinggi.
Kondisi ini membuat ECDC mengingatkan para wisatawan yang bepergian ke negara tersebut untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk.
Virus Koper, Kala Nyamuk Bisa Terbawa ke Dalam Koper
Menurut ahli, nyamuk pembawa virus dapat terbawa tanpa sengaja di dalam koper, lalu berpindah ke wilayah baru. Misalnya yang dibawa masuk ke Inggris. Hal ini bisa memperkenalkan penyakit ke area yang sebelumnya bebas kasus, ini yang dimaksud dengan “virus koper”
“Masih ada beberapa minggu lagi sebelum musim nyamuk mulai berkurang ,” kata Paul Hunter, profesor kedokteran di University of East Anglia.
“Kita hampir pasti akan melihat lebih banyak kasus di Inggris, tetapi setidaknya untuk beberapa dekade, kasus-kasus ini kemungkinan besar masih didapatkan dari luar negeri,” tambahnya.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga membuat peringatan terkait adanya peningkatan kasus chikungunya di antara para wisatawan yang baru kembali dari luar negeri.
Chikungunya digambarkan sebagai penyakit yang menyiksa, karena virus ini menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada sendi dan otot, sakit kepala, sensitif terhadap cahaya, serta ruam di kulit.
Wabah Baru: Dari Chikungunya hingga Dengue
Virus chikungunya jarang berakibat fatal, tetapi penyakit ini bisa sangat berbahaya pada kelompok rentan seperti bayi, orang lanjut usia, atau mereka yang memiliki penyakit bawaan.
Selain itu, kasus demam berdarah juga turut meningkat di Inggris. Pada tahun 2024, tercatat 904 demam berdarah di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara. Data tersebut meningkat dari yang sebelumnya 631 kasus pada tahun 2023.
Tenyata, semua kasus tersebut berhubungan dengan perjalanan ke luar negeri.
Demam berdarah juga ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty juga naik di sana. Penyakit dengan gejala ringan berupa demam dan ruam selama sekitar seminggu. Namun, bisa juga deman berdarah berat dapat menyebabkan syok, pendarahan internal, bahkan kematian.
Diperkirakan 1 dari 20 penderita berpotensi berkembang menjadi demam bedarah berat dalam hitungan jam setelah gejala awal muncul.
Sementara itu, West Nile Virus (WNV) menular melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya menggigit burung sebagai penampung alami virus.
Pada bulan Mei tahun ini, Inggris telah mendeteksi tujuh kasus WNV yang terjadi karena perjalanan ke luar negeri. Sebagian besar orang yang terinfeksi WNV tidak menunjukkan gejala, tetapi kurang dari 1 persen penderita WNV bisa mengalami penyakit neurologis parah seperti meningitis (radang selaput otak), ensefalitis (radang otak), atau kelumpuhan mendadak.
Penyakit malaria juga masih menjadi ancaman. Penyakit ini ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
Gejala umum dari malaria berupa demam, menggigil, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, serta mual hingga diare. Dalam kasus berat, malaria bisa menyebabkan anemia, gagal ginjal, edema paru, hingga gangguan pernapasan akut.
Upaya Pencegahan Jadi Kunci
Untuk mencegah peningkatan kasus penyakit seperti chikungunya, dengue, WNV, dan malaria, pejabat kesehatan Inggris menekankan pentingnya pemantauan risiko kesehatan di tiap negara tujuan.
“Seiring perkembangan lanskap penyakit yang ditularkan nyamuk, semakin banyak orang di Eropa yang akan berisiko di masa depan,” Dr. Céline Gossner, Kepala Bagian Penyakit Bawaan Vektor ECDC.
Hal ini membuat pencegahan semakin penting, baik melalui aksi kesehatan masyarakat yang terkoordinasi maupun langkah perlindungan pribadi.
“Terdapat kebutuhan mendesak untuk memperkuat dan meningkatkan intervensi pengendalian nyamuk yang efisien serta ramah lingkungan,” lanjut Gossner