Liputan6.com, Surabay Obesitas dapat memicu masalah mental, begitupun masalah mental bisa memicu obesitas.
Hal ini disampaikan Ketua Pokja Pengurus Pusat Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Dr. dr. Sony Wibisono, Sp.PD, K-EMD, FINASIM,.
“Gangguan kesehatan mental menyebabkan obesitas bisa, obesitas menyebabkan masalah mental juga bisa,” kata Sony kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Surabaya, Minggu (24/8/2025).
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat PERKENI, Em Yunir, mengatakan bahwa obesitas memang memiliki kaitan dengan kesehatan mental.
Seseorang dengan tubuh terlalu gemuk acap kali mendapat pandangan negatif dari orang lain. Hal ini membuat pasien obesitas lebih memilih menarik diri dari kehidupan sosial dan bahkan mengurung diri.
“Obesitas berkaitan dengan kesehatan mental? Pasti lah. Jadi, di titik tertentu ketika pasien obesitas sudah kewalahan terhadap berat badannya, biasanya menarik diri, mengurung diri,” ujar Yunir dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (10/7/2023), Yunir juga hadir dalam pertemuan di Surabaya bersama Sony pada Minggu.
“Selain karena memang sudah susah bergerak, juga mungkin dia malu dan biasanya mengalami gangguan psikologis, bisa depresi, bisa gangguan kecemasan,” kata Yunir.
Masalah mental juga bisa menambah parah pada tingkat kegemukan karena biasanya orang yang ada dalam keadaan stres sering kali pelariannya pada makanan.
“Apalagi saat ini makanan itu mudah untuk didapatkan. Kalau dulu orang mau makan harus keluar, kalau sekarang dengan telepon saja makanan sudah bisa datang,” ucap Yunir.
Muhammad Kenzi Alvaro, balita 16 bulan yang viral akibat bobotnya mencapai 27 kilogram, Jumat (24/02) siang, akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Hermina Kota Bekasi, Jawa Barat. Di rumah sakit, Kenzi akan menjalani observasi terkait kegemukan yang dialam...
Obesitas dan Kaitannya dengan Penyakit Lain
Selain masalah mental, obesitas juga dapat menyebabkan komplikasi, seperti hiperglikemia, diabetes tipe-2, dan penyakit kardiovaskular.
Obesitas juga bisa menyebabkan kematian. Menurut penelitian, setiap 5 unit indeks massa tubuh (IMT) di atas 25kg/m2 dapat meningkatkan risiko kematian sebesar 30 persen.
Obesitas juga bertanggung jawab atas 4,7 juta kematian dini setiap tahunnya. Untuk itu, tindakan nyata diperlukan untuk mencegah beban pada sistem kesehatan dan biaya sosial ekonomi yang disebabkan obesitas.
Perkiraan beban ekonomi terkait penyakit tidak menular yang berhubungan dengan obesitas di Indonesia mencapai >Rp24 triliun/tahun (biaya pelayanan BPJS, 2022).
Obesitas adalah kondisi medis kronis yang meningkatkan risiko dan memperburuk penyakit kronis lain — terutama diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dislipidemia, dan penyakit hati berlemak.
Obesitas resistensi insulin memicu peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan kesulitan mencapai kontrol glikemik.
Obesitas meningkatkan beban pada sistem kardiovaskular, memperbesar risiko penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung.
Penanganan obesitas efektif bukan hanya untuk menurunkan berat badan, tetapi juga untuk mencegah, memperbaiki, bahkan pada beberapa kasus membawa remission diabetes tipe 2 (berkurangnya kebutuhan obat atau berhenti memakai obat diabetes).
Merasa Sehat padahal Obesitas
Clinical, Medical, and Regulatory Director Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny Meisha Tarliman, menyarankan masyarakat untuk mengonsultasikan kondisi obesitasnya dengan dokter.
“Orang dengan obesitas harus bagaimana? Yang terpenting menurut kami diskusikan dengan tenaga kesehatan Anda. Kadang-kadang orang tahu dirinya obesitas tapi merasa sehat karena tidak mengalami gejala apapun,” kata Riyanny kepada Health Liputan6.com.
“Padahal, tidak bergejala atau tidak terlihat bergejala itu bukan berarti sehat, jadi penting untuk ketemu dokter, untuk tahu apa yang terganggu dengan kondisi obesitas ini, yang kadang-kadang cuma kelihatan di laboratorium,” tambahnya.