Jakarta -
Menjejakkan kaki di Singapura, kesan pertama yang tampak adalah negaranya yang tertata rapi, transportasi yang terintegrasi, serta kebersihan jalanan dan sarana umumnya. Ada satu hidden gems yang pas buat pecinta buku.
Selain kebersihan, Singapura juga identik sebagai destinasi wisata belanja buat sebagian traveler. Bagi saya, ada pembeda yang diberikan Singapura sehingga negara itu menjadi begitu mengesankan. Dan, membuat saya ingin kembali lagi.
Alasannya adalah adanya ruang bagi pembaca buku fisik. Di tengah gempuran marketplace online dan aplikasi membaca, kesempatan untuk berjalan menyusuri rak buku menjadi pengalaman yang mewah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singapura memiliki perpustakaan di setiap daerahnya. Istimewanya, kawasan itu mudah dijangkau dengan transportasi umum dan memiliki ruang khusus untuk anak-anak.
Selain indoor playground dan taman umum, perpustakaan juga menjadi pilihan wisata keluarga. Bagi yang ingin belanja buku, Singapura memiliki banyak toko buku dengan berbagai pilihan, mulai dari buku terbaru, buku second, buku best seller internasional hingga buku indie dari penulis dan penerbit lokal.
Berburu Buku Dimulai dari Perpustakaan
Menurut National Library Board (NLB) of Singapore, ada 31 perpustakaan yang tersebar di seluruh negara. Sebagian menghuni gedung sendiri, sedangkan lainnya terletak di pusat perbelanjaan.
Perpustakaan terbesar, National Library alias perpustakaan nasional, terletak di 100 Victoria St. Perpustakaan setinggi 16 lantai ini hanya lima menit jalan kaki dari stasiun MRT Bugis maupun Bras Basah.
Selain koleksi buku dan archive digital, Singapore National Library juga memiliki kafe, rooftop, dan plaza yang sering digunakan untuk pameran dan bazaar.
Memeriksa kalender dan jadwal kegiatan adalah wajib sebelum merencanakan kunjungan.
Selain National Library, beberapa lokasi yang pernah saya datangi bersama anak saya adalah Jurong East Regional Library. Perpustakaan itu terletak di seberang Stasiun MRT Jurong East, Library@Orchard yang menghuni lantai 3 dan 4 Orchard Gateway Shopping Mall.
Kemudian, Yishun Public Library, yang ada di dalam pusat perbelanjaan Northpoint City.
Nostalgia di Toko Buku Bekas
Tepat di sebelah National Library ada Bras Basah Complex yang terkenal dengan nuansa nostalgia yang kental, membawa pengunjungnya ke Singapura jaman dahulu berbeda dengan koridor dan tangga yang terkesan kuno.
Tenant di sana juga mencerminkan warisan budaya Singapura. Mulai dari galeri seni, sekolah musik, kafe, toko barang-barang desain lokal, hingga toko buku dengan target pelanggan tertentu.
Setiap toko buku memiliki keunikannya sendiri. Buku di satu toko belum tentu ada di toko lainnya.
Selain harga yang terjangkau, terutama untuk buku-buku berbahasa Inggris, koleksi toko buku second seringkali mengejutkan.
Di samping menjual, mayoritas toko buku bekas juga membeli buku yang sudah dibaca. So, jangan heran jika menemukan buku berbahasa asing lainnya, buku versi cetak negara lain dan buku langka, ketika menyusuri rak bukunya.
Sama seperti National Library, Bras Basah Complex dapat dicapai dengan berjalan kaki dari stasiun MRT Bras Basah atau naik bus yang langsung berhenti di depan bangunannya.
Bertualang Mencari Book Cafe
Konsep toko buku sekaligus coffee shop ini saya temui ketika berniat berburu buku-buku karya penulis lokal untuk menambah koleksi bacaan. Karena itu, tujuan travelingnya bukan toko buku besar atau yang merupakan bagian dari waralaba internasional.
Yang pertama saya kunjungi adalah Book Bar di Duxton Road. Lokasinya tersembunyi di deretan kantor, galeri seni, restoran, bar dan gym.
Book Bar adalah toko buku dan coffee shop, cocok bagi pengunjung yang mencari suasana hangat dari warga setempat. Book Bar dapat dicapai dengan 5 menit berjalan kaki dari MRT Maxwell, ke arah Duxton Hill.
Dari Book Bar, saya melanjutkan perjalanan dengan naik bus ke Epigram Coffee Bookshop di Singapore Art Museum di Tanjong Pagar Distripark.
Epigram adalah publisher lokal Singapura, dan toko buku yang mereka kelola ini terletak di koridor depan Singapore Art Museum. Museumnya terletak dalam komplek yang lebih mirip pergudangan pelabuhan. Perhentian terakhir saya adalah Grassroots Book Room di Bukit Pasoh Road.
Toko buku sekaligus kafe yang lebih banyak menjual buku berbahasa Mandarin itu hanya 10 menit berjalan kaki dari Book Bar atau sekitar tiga menit dari stasiun MRT Outram Park. Mirip dengan Book Bar, Grassroots Book Room juga tersembunyi di antara perkantoran dan kafe.
Perjalanan mengunjungi toko buku merupakan petualangan sendiri, jauh dari apa yang biasanya kita lihat tentang Singapura. Jika Epigram ada di daerah pelabuhan yang mengingatkan saya akan Tanjung Priok, kedua book cafe lainnya ada di area perbukitan Duxton Hill yang jalannya naik turun.
Semua Dalam Satu Hari
Bagaimana jika kunjungan ke Singapura memiliki durasi singkat? Jangan khawatir, karena semuanya bisa dinikmati tanpa keluar area Orchard. Jika ingin ke perpustakaan, Library@Orchard di Orchard Gateway Shopping Mall terhubung dengan stasiun MRT Somerset.
Toko buku bekas Ana Book Store di Far East Plaza, yang hanya tiga menit menyusuri Scotts Road dari exit Tang Plaza MRT Orchard.
Jika ingin membaca sambil menikmati minuman bisa mampir ke BookXcess OCBC Bank, Wisma Atria, atau Zall Bookstore di Wheelock Place. Kedua pusat perbelanjaan ini juga langsung terhubung dengan stasiun MRT Orchard. Kalau sudah beli buku, kapan membacanya?
Ya tentu ketika ada kesempatan berlibur lagi, di pantai yang tenang atau terombang-ambing di atas kapal. Yang ini harus dilakukan di Indonesia.
Salah satu yang ada dalam bucket list saya adalah Kabupaten Sumenep di Provinsi Jawa Timur.
Di Kabupaten ini ada banyak pantai dan gili, alias pulau-pulau kecil dengan pemandangan indah dan udara segar. Misalnya, Pantai Sembilan, Pantai Slopeng, dan Pantai Lombang.
Sementara itu, untuk pulau-pulau yang bisa dikunjungi ada Gili Labak, Gili Iyang dan Gili Genting. Buku, alam dan kedamaian. Tiga hal yang wajib ada kalau ingin detoks dari kesibukan sehari-hari yang tidak pernah berhenti.
Siap berangkat?