Liputan6.com, Jakarta Spons cuci piring adalah salah satu alat rumah tangga yang hampir selalu ada di dapur. Dipakai setiap hari untuk membersihkan piring, gelas, hingga peralatan masak, benda ini terlihat sepele dan sangat membantu. Namun, di balik fungsi praktisnya, spons ternyata bisa menyimpan potensi bahaya yang tidak banyak disadari. Struktur spons yang berpori membuatnya mudah menahan sisa makanan, minyak, dan kelembapan, kondisi yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Artikel ini akan membahas mengapa spons cuci piring bisa berbahaya jika tidak dirawat dengan benar. Fakta-fakta tentang jumlah bakteri yang bisa berkembang, risiko kesehatan yang ditimbulkan, hingga kebiasaan salah dalam penggunaannya akan diulas secara detail. Dengan memahami risikonya, Anda bisa lebih waspada dan tahu cara tepat merawat atau mengganti spons agar tetap aman digunakan di rumah.
1. Spons Jadi Sarang Bakteri
Spons adalah benda kecil yang hampir setiap hari digunakan di dapur, tetapi justru bisa menjadi salah satu permukaan paling kotor di rumah. Struktur spons yang berpori memungkinkan air, minyak, dan sisa makanan masuk ke sela-sela kecil dan sulit dibersihkan. Menurut penelitian dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Padjadjaran, jumlah bakteri pada spons dapur bisa mencapai 200.000 kali lebih banyak dibanding dudukan toilet. Fakta ini menjadikan spons salah satu media paling efektif untuk bakteri berkembang biak.
Jenis bakteri yang sering ditemukan pada spons antara lain Escherichia coli (E. coli) dan Staphylococcus aureus. E. coli dikenal sebagai penyebab diare, keracunan makanan, dan infeksi saluran pencernaan, sementara Staphylococcus bisa memicu infeksi kulit atau bisul jika berpindah ke tangan. Kondisi lembap dan hangat di dapur menjadi faktor utama yang membuat bakteri ini tumbuh cepat, bahkan dalam hitungan jam.
2. Bau Tak Sedap Adalah Tanda Bahaya
Banyak orang menganggap bau tidak sedap pada spons sebagai hal biasa akibat sering dipakai. Namun, menurut laporan BBC yang mengutip riset mikrobiologi dari Jerman, bau tersebut muncul karena aktivitas metabolisme bakteri yang memecah sisa makanan. Dengan kata lain, bau busuk adalah tanda bahwa jumlah bakteri sudah berada pada level tinggi.
Profesor Jennifer Quinlan dari Drexel University menegaskan bahwa meskipun tidak semua bakteri berbahaya, koloni dalam jumlah besar meningkatkan risiko kontaminasi silang. Artinya, piring yang sudah dicuci bisa kembali terkena bakteri dari spons yang bau. Jadi, bau pada spons sebaiknya dipandang sebagai “peringatan” untuk segera membersihkan atau menggantinya, bukan sekadar tanda keausan.
3. Salah Pakai Spons Picu Kontaminasi Silang
Kesalahan paling umum dalam penggunaan spons adalah memakainya untuk segala hal. Banyak orang menggunakan spons yang sama untuk mencuci piring, membersihkan meja dapur, hingga membersihkan talenan bekas daging mentah. Menurut studi dalam Journal of Food Protection, kebiasaan ini dapat memindahkan bakteri berbahaya seperti Salmonella dari daging mentah ke piring bersih.
Kontaminasi silang inilah yang sering menjadi penyebab keracunan makanan di rumah tangga. Bakteri berpindah tanpa disadari karena spons digunakan berulang kali tanpa pembersihan. Menyimpan spons di area wastafel yang selalu basah juga memperparah kondisi ini, karena air menjadi media tambahan bagi bakteri untuk bertahan hidup lebih lama.
4. Risiko Penyakit Pencernaan
Spons yang jarang diganti atau dibersihkan bisa menjadi sumber berbagai penyakit pencernaan. Menurut Journal of Mitra Kesehatan, spons dapur yang kotor dapat mengandung bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Klebsiella pneumoniae, hingga Enterobacter. Semua bakteri ini dikenal sebagai penyebab utama foodborne disease atau penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa setiap tahun ada lebih dari 38 juta kasus keracunan makanan di Amerika Serikat. Sebagian besar disebabkan oleh kontaminasi bakteri yang masuk lewat makanan dan peralatan dapur yang tidak higienis, termasuk spons. Gejala umumnya berupa mual, muntah, sakit perut, diare, bahkan bisa berlanjut ke komplikasi serius pada anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem imun rendah.
5. Biofilm Membuat Spons Sulit Steril
Spons bukan hanya tempat bakteri berkembang, tetapi juga tempat terbentuknya biofilm. Biofilm adalah lapisan koloni bakteri yang menempel pada permukaan spons, saling melindungi dengan membentuk lapisan lendir tipis. Menurut penelitian dalam Scientific Reports (Nature), biofilm membuat bakteri lebih tahan terhadap sabun, air panas, bahkan beberapa disinfektan.
Akibatnya, meskipun spons dibersihkan secara rutin, bakteri di dalam biofilm tetap bisa bertahan hidup. Biofilm inilah yang membuat spons sulit benar-benar steril. Bahkan setelah dicuci, spons tetap bisa menyimpan jutaan mikroba yang siap berkembang lagi saat kondisi lembap kembali hadir.
6. Spons Bisa Menumbuhkan Jamur
Selain bakteri, spons lama juga bisa menjadi tempat tumbuh jamur. Riset internasional menemukan bahwa jamur seperti Candida dapat ditemukan pada spons dapur yang dipakai terlalu lama. Jamur ini berpotensi menyebabkan infeksi kulit atau mulut pada orang dengan daya tahan tubuh lemah.
Jamur biasanya tumbuh ketika spons selalu dibiarkan basah dan tidak pernah dijemur atau diperas hingga kering. Gejala paling terlihat adalah munculnya noda gelap atau bintik pada spons, disertai bau apek. Kehadiran jamur membuat spons semakin berbahaya, karena spora bisa berpindah ke peralatan dapur maupun tangan yang menyentuhnya.
Pertanyaan Umum Seputar Topik
1. Mengapa spons cuci piring bisa lebih kotor daripada toilet?
Menurut penelitian dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Padjadjaran, spons memiliki struktur berpori dan selalu lembap sehingga menjadi tempat ideal bakteri berkembang biak. Jumlah bakteri di spons dapur bisa 200.000 kali lebih banyak dibanding dudukan toilet.
2. Bakteri apa saja yang biasanya ditemukan pada spons cuci piring?
Spons kotor bisa mengandung E. coli, Salmonella, Staphylococcus aureus, hingga Klebsiella pneumoniae. Semua bakteri ini dikenal sebagai penyebab k...