Yunani Sering Kebanjiran Turis, tapi Wisata Tak Cuan?

Jakarta -

Yunani langganan menjadi destinasi favorit bagi turis dunia, terutama setiap musim panas. Tetapi, lonjakan jumlah wisatawan ke negara para dewa itu tidak mempengaruhi perekonomian warga lokal secara signifikan.

Kondisi itu dikarenakan masa tinggal wisatawan di Yunani yang pendek. Selain itu, tak banyak turis yang menghabiskan uang di negara tersebut.

Mengutip Mirror, Rabu (28/8/2024) pada Mei 2024 pendapatan di sektor pariwisata meningkat 6,8 persen, padahal jumlah wisatawan meningkat 21,3 persen. Bank Nasional Yunani menyebutkan bahwa pengeluaran rata-rata perjalanan anjlok sebesar 12,2 persen. Di setiap tahun banyak wisatawan asal Inggris memilih untuk bertandang ke negara Yunani untuk mengunjungi beberapa wilayah indah di sana.

Wisatawan banyak berkunjung ke Santorini, Mykonos, Rhodes, Kos, Corfu, Crete, Lesvos, hingga Athena. Tren pengeluaran wisatawan yang minim itu mulai terasa pada tahun lalu. Merujuk data dari Bank Nasional Yunani pada 2023, wisatawan internasional menghabiskan rata-rata uang mereka sebesar 570,7 euro atau sekitar Rp 9,8 juta per perjalanan.

Angka tersebut turun 3,5 persen atau sekitar 21 euro atau Rp 363 ribu dibandingkan dengan tahun 2022. Penurunan itu diperkirakan masih akan berlanjut hingga 3,6 persen pada 2024 ini atau terpangkas menjadi 550 euro atau sekitar Rp9,5 juta.

Selain itu, long stay atau masa tinggal wisatawan per perjalan juga turun 11,2 persen dibandingkan tahun lalu.

Pariwisata di Athena pada 2024 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 7 persen selama dua tahun terakhir untuk pengeluaran per perjalanan para wisatawannya. Data itu menjadi kekhawatiran bagi wilayah dan negara tersebut di tengah isu inflasi global.

Kepada Euronews, Wali Kota Athena, Harris Doukas, menyatakan kekhawatirannya terhadap masa depan sektor pariwisata dan dampaknya terhadap masyarakat lokal dari segi perekonomian.

"Setiap wisatawan membawa 0.40 euro ke kota dan kami belum melihat uang sebanyak itu. Kami perlu menemukan cara untuk membuat pariwisata yang layak," kata Doukas.

Statistik mengatakan bahwa 33 juta wisatawan mengunjungi Yunani pada tahun lalu, artinya lebih dari tiga kali lipat jumlah penduduk negara itu. Tren ini menjadi masalah serius yang dialami oleh Athena.

Profesor Manajemen Pariwisata di University of West Attica, Katerina Kikilia, mengatakan wilayah tersebut perlu kebijakan yang tepat agar mampu menyejahterakan masyarakat di sana.

"Kita butuh aturan, warga Athena menghadapi dampak sosial dan lingkungan setiap hari. Ditambah harga sewa tempat tinggal yang mahal," kata Kikilia.

Dan salah satu wilayah di Athena yang terdampak adalah di Koukaki. Kikilia menyebut wilayah itu dulu merupakan kawasan yang indah, namun kini berubah menjadi pusat persewaan jangka pendek.

Dia menegaskan masalah terbesar yang terjadi di wilayah-wilayah Yunani adalah lama kunjungan dari para wisatawan yang datang.

Sementara itu, menurut warga lokal di Santorini juga penyedia layanan tur, Gianluca Chimenti, lama perjalanan wisatawan begitu berpengaruh terhadap ekonomi.

Ia menyebut walaupun banyak wisatawan yang datang ketika pagi hingga siang hari, menjelang malam Santorini seperti kota mati.

"Di media sosial menunjukkan sesuatu yang berbeda dari kenyataan (terkesan ramai), (padahal) yang sebenarnya terjadi wilayah ini begitu kosong. Kondisi seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya, ini adalah musim terburuk yang pernah ada," kata Chimenti.

(fem/fem)