Liputan6.com, Jakarta - Artis Korea Selatan, Kim Jong Kook, mengumumkan kabar bahagia. Di umurnya yang ke-49 tahun, Kim Jong Kook memutuskan untuk menikah. Pengumuman tersebut disampaikan pada Senin, 18 Agustus 2025, lewat pernyataan resmi agensinya, Turbo.JK Company, serta surat pribadi yang ditulisnya.
Turbo.JK Company berharap para penggemar tetap mendukung pelantun lagu “My Love” tersebut. "Memulai debut baru ini terasa lebih bermakna di tahun penting, yakni peringatan 30 tahun debutnya," tulis pihak agensi, dikutip dari Soompi.
Kim Jong Kook dalam suratnya juga mengaku gugup saat menulis pengumuman pernikahan ini. "Ini ulang tahun debutku yang ke-30. Dan, alih-alih merilis album baru, aku justru menemukan belahan jiwa. Tolong ucapkan selamat dan terus dukung aku," tulis anggota Running Man itu.
Fenomena menikah di usia matang seperti yang dijalani Kim Jong Kook bukanlah hal asing. Banyak orang memilih menikah di usia 40 tahun atau lebih, dengan alasan kesiapan emosional, finansial, maupun pencapaian karier. Namun, menikah di usia matang punya sisi positif sekaligus tantangan.
Manfaat Menikah di Usia Matang?
1. Pertumbuhan Pribadi Lebih Optimal
Menurut Scientific Research Publishing (SCIRP), pernikahan membawa tanggung jawab tambahan yang bisa menghambat fokus pada pengembangan diri. Karena itu, banyak orang memilih menikah lebih lambat agar bisa berkembang secara pribadi maupun ekonomi terlebih dahulu.
2. Stabilitas dan Kedewasaan dalam Hubungan
Pernikahan di usia matang cenderung lebih stabil. Penelitian menyebut pernikahan yang terlambat justru bisa mengurangi risiko perceraian karena pasangan sudah lebih dewasa dalam berpikir dan berperilaku.
3. Pendidikan dan Karier Lebih Mapan
Banyak yang menunda pernikahan demi menyelesaikan pendidikan atau meniti karier. Hal ini membuat mereka lebih siap secara finansial ketika akhirnya menikah.
4. Kesehatan Mental Lebih Baik
Studi menunjukkan, orang yang menikah, baik tepat waktu maupun terlambat, cenderung lebih bahagia dan jarang mengalami depresi di usia paruh baya dibandingkan mereka yang menikah dini atau bercerai.
Kekurangan Pernikahan di Usia Matang
1. Penurunan Angka Kelahiran
Salah satu dampak negatif terbesar dari pernikahan yang telambat adalah keterlambatan melahirkan yang dapat memengaruhi pertumbuhan populasi.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Human Reproduction mengatakan bahwa kesuburan wanita mulai menurun sejak akhir usia 20-an dan bukan usia tiga puluhan. Sehingga, di usia lebih matang, wanita akan mungkin sulit untuk hamil.
2. Kelainan pada Anak dan Kehamilan yang Sulit
Pernikahan yang terlambat juga dapat menjadi alasan kelainan pada anak-anak. Sekalipun wanita dapat melahirkan, terkadang kelahiran ini mengakibatkan anak-anak memiliki masalah mental.
Hamil di usia tua dapat meningkatkan risiko bahaya lainnya, seperti keguguran, cacat lahir, tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, dan persalinan yang sulit.
3. Pernikahan Terlambat dan Risiko HIV
Orang yang menunda pernikahan mungkin terlibat dalam perilaku seksual pranikah. Karena alasan ini, risiko tertular penyakit dan infeksi menular seksual termasuk HIV sangat tinggi di antara orang yang belum pernah menikah dibandingkan dengan orang yang sedang menikah.
4. Perselisihan antara Pasangan Suami Istri
Selain memberikan stabilitas, menikah di usia yang terlambat juga dapat memunculkan tantangan. Tantangan rumah tangga ini hampir 70% dipicu oleh perbedaan sifat, latar belakang, dan pengalaman hidup.
Seiring dengan perkembangan usia, seseorang sudah punya aturan dan kebiasaan kuat. Kondisi ini membuat kompromi dengan pasangan jadi lebih sulit.
Meski pengalaman hidup bisa memperkaya pribadi, batasan yang terbentuk justru kerap menghalangi kesepakatan. Inilah alasan sebagian pasangan usia lanjut sulit berkompromi hingga berujung perceraian.
5. Kesenjangan Generasi antara Anak dan Orang Tua
Menikah di usia lanjut bisa menimbulkan kesenjangan generasi antara orang tua dan anak. Kesenjangan ini terjadi karena perbedaan cara pandang dan pengalaman hidup.
Generasi tua cenderung kurang toleran terhadap kesalahan anak. Hal ini membuat komunikasi dan pemahaman dalam keluarga jadi lebih sulit.
Selain itu, orang tua yang lebih tua mudah lelah sehingga interaksi dengan anak berkurang. Akibatnya, kedekatan emosional bisa melemah.