Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menganggap pelemahan nilai tukar (kurs) dipengaruhi adanya prospek penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
"Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah, dipengaruhi oleh faktor global kenaikan index dollar yang signifikan, sehubungan dengan prospek penurunan suku bunga The Fed," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Rabu sore melemah sebesar 2 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.416 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.414 per dolar AS.
Prospek penurunan suku bunga pada September 2025 diperkirakan sebesar 25 basis points (bps) dengan tingkat keyakinan 92 persen berdasarkan CME FedWatch.
Potensi penurunan suku bunga acuan tersebut akan dipengaruhi rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) PMI Jasa AS yang pada Kamis (4/9/2025), serta data Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat (5/9/2025).
Untuk NFP, Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) melaporkan akan mencapai 7,51 juta pada Agustus 2025, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,44 juta.
"Sementara dari domestik, meredanya aksi demonstrasi telah meningkatkan kepercayaan pelaku pasar yang tercermin dari peningkatan pada obligasi negara dan index saham," ungkap Rully.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.424 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.418 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah karena antisipasi investor jelang rilis data ekonomi AS
Baca juga: Rupiah pada Rabu pagi melemah jadi Rp16.435 per dolar AS
Baca juga: BI stabilkan rupiah pascademo, target kembali menguat ke Rp16.300
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.