Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jumat di Jakarta melemah 63 poin atau 0,38 persen menjadi Rp 16.351 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.288 per dolar AS. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menilai pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi sikap banyak pejabat Federal Reserve (The Fed) yang tetap kukuh mempertahankan suku bunga. Di sisi lain, sejumlah pihak memprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September 2025.
“Banyak gubernur bank sentral Amerika yang masih kekeh mempertahankan suku bunga karena kondisi inflasi yang masih tinggi,” ujar Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Mengutip Anadolu, disebutkan Gubernur The Fed Jerome Powell menghadapi tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memangkas suku bunga. Powell menegaskan, belum ada keputusan yang dibuat terkait pemangkasan suku bunga pada September. Ia menambahkan, The Fed akan mempertimbangkan semua informasi dan data yang tersedia saat mengambil keputusan dalam pertemuan FOMC bulan depan.
“Saat banyak gubernur bank sentral mempertahankan suku bunga untuk September, Trump kembali melontarkan ancaman akan memecat Gubernur Bank Sentral AS. Hal ini yang membuat dolar AS kembali menguat,” kata Ibrahim.
Kendati masa jabatan Powell baru akan berakhir Mei 2026, Anadolu mengungkapkan Pemerintah AS berupaya mempercepat proses tersebut karena Trump meyakini penurunan suku bunga sangat dibutuhkan.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jumat di Jakarta melemah 63 poin atau 0,38 persen menjadi Rp 16.351 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.288 per dolar AS. Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melemah ke level Rp 16.340 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.283 per dolar AS.
sumber : Antara