Presiden Donald Trumpmenjabat tangan Presiden Rusia Vladimir Putin saat konferensi pers di Pangkalan Bersama Elmendorf-Richardson, Alaska, Jumat, 15 Agustus 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden AS Donald Trump berencana mendukung usulan yang memungkinkan Rusia mengambil alih wilayah Ukraina yang tidak diduduki sebagai bagian dari perjanjian damai. Trump dilaporkan memberi tahu para pemimpin Eropa bahwa dia yakin penyelesaian dapat dicapai jika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy setuju untuk menyerahkan wilayah Donbas, menurut laporan New York Times pada Sabtu (16/8/2025), mengutip dua pejabat senior Eropa.
Donbas adalah wilayah yang gagal direbut pasukan Rusia meski telah bertempur lebih dari tiga tahun. Dua sumber yang mengetahui perundingan Alaskan mengatakan kepada The Guardian bahwa Putin bersikeras agar Ukraina menarik diri dari Donbas -- yang meliputi wilayah Donetsk dan Luhansk -- sebagai prasyarat untuk mengakhiri perang, sementara mengusulkan kepada Trump pembekuan operasi di sepanjang garis depan lainnya.
Meski Rusia menguasai hampir seluruh Luhansk, Ukraina masih menguasai wilayah-wilayah penting di Donetsk, termasuk Kramatorsk, Sloviansk, dan posisi-posisi yang dijaga ketat. Putin dilaporkan memberi tahu Trump bahwa dia akan menghentikan kemajuan lebih lanjut dan membekukan garis depan di Kherson dan Zaporizhzhia dengan imbalan Donetsk dan Luhansk.
Trump mendukung penyerahan Donbas yang kaya mineral kepada Rusia, menekankan preferensinya untuk kesepakatan damai daripada gencatan senjata, yang dia katakan dalam sebuah unggahan media sosial pada Sabtu (16/8/2025) "sering kali tidak dapat dipertahankan."
Dalam pernyataan bersama, para pemimpin Eropa mengatakan mereka "siap bekerja sama dengan Presiden AS Trump dan Presiden Ukraina Zelenskyy menuju pertemuan puncak trilateral dengan dukungan Eropa" tetapi menekankan bahwa "Ukraina akan bertanggung jawab untuk membuat keputusan terkait wilayahnya. Batas-batas internasional tidak boleh diubah dengan paksa."
Setelah berdiskusi dengan Trump dan para pemimpin Eropa, Zelenskyy mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Posisinya jelas. Perdamaian sejati harus dicapai, perdamaian yang akan bertahan lama, bukan hanya jeda lain di antara invasi Rusia."
Kemudian pada Sabtu, dia menulis di media sosial bahwa mendorong kesepakatan damai tanpa gencatan senjata terlebih dulu "memperumit situasi."
sumber : Antara, Anadolu