Ledre Laweyan, Kuliner Solo Legendaris yang Tercatat di Serat Centhini

12 hours ago 2

Solo -

Di Kampung Batik Laweyan, pengunjung tak hanya bisa melihat-lihat batik, tapi juga mencicipi kuliner legendaris Solo. Namanya ledre yang tercatat dalam Serat Centhini.

Solo menyimpan banyak kuliner legendaris yang bertahan sampai sekarang. Salah satunya Ledre Laweyan yang berada di Kampung Batik Laweyan.

Ledre ialah camilan yang terbuat dari intip adonan ketan dan kelapa parut dengan tambahan pisang di tengahnya. Jejak ledre ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tertulis di Serat Centhini

Ledre Laweyan, kuliner jadul di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (13/9/2024).Ledre Laweyan, kuliner jadul di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (13/9/2024). Foto: Aqila Cikal Ariyanto/detikJateng

Dalam buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini karya Wahjudi Pantja Sunjata dkk disebutkan, ledre intip termasuk salah satu kudapan yang terserat dalam Serat Centhini. Untuk diketahui, Serat Centhini ialah naskah kuno Jawa yang ditulis dalam kurun waktu 1814-1823.

"Ledre intip sampai sekarang masih dapat ditemukan di daerah Surakarta. Biasanya dijajakan di tepi jalan. Namun demikian di kampung Laweyan juga dapat ditemukan pembuat dan penjual ledre intip tersebut," dikutip detikJateng dari buku yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta pada 2014 itu.

Dalam buku itu dijelaskan, ledre intip di Serat Centhini disebut sebagai kudapan yang kerap dibuat saat momen pesta pernikahan.

Pemilik warung Ledre Laweyan generasi kedua, Susilo (47), juga mengatakan hal serupa.

"Ada buku zaman dulu, namanya buku Serat Centhini. Katanya raja dahulu sering ke beberapa tempat, pasti beli makanan. Katanya raja menulis di buku agenda. Salah satunya ada kata-kata ledre," kata Susilo saat ditemui detikJateng di Laweyan, Kota Solo, Jumat (13/9/2024) pekan lalu.

Cara bikin ledre

Susilo bilang, awalnya ledre kuno itu dibuat dari ketan mentah yang dicampur air di wajan lalu dipanasi hingga matang. Karena proses itu memakan waktu cukup lama, ibunya Susilo, almarhumah Sri Martini, melakukan modifikasi.

"Jadi ketannya dicampur kelapa dikasih air didang (ditanak) di luar. Setelah matang baru dimasukkan ke wajan, kan lebih cepat dan lebih empuk gitu," ujar Susilo.

"Untuk pisangnya harus pisang raja karena masih agak manis ketika kena panas, beda dengan pisang lainnya. Dari segi harga, pisang raja paling mahal," imbuh dia.

Dengan cara memasak yang baru tersebut, penyajian satu ledre Laweyan kini hanya butuh waktu semenit.

Susilo mengatakan, penambahan topping atau varian baru ini mulai pada 2010 berkat saran para pembelinya.

"Kalau wisatawan beli biasanya yang pakai topping. Kalau hotel-hotel, katering, arisan, pasti (pesannya) yang original," ucap Susilo.

Warung Ledre Laweyan didirikan ibu Susilo sejak 1984. Warung ini buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB.

Ledre Laweyan original harganya Rp 3.500. Ledre Laweyan pisang coklat dan pisang keju Rp 4.000. Ledre Laweyan pisang coklat keju Rp 4.500. Ledre laweyan bisa dipesan melalui aplikasi pesan makanan.

Cerita ledre jadi makanan favorit keluara Mangkunegaran ada di halaman selanjutnya.

Simak Video "Tengkleng Jagoan Jokowi di Solo"
[Gambas:Video 20detik]

Read Entire Article